Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts'ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
Rabu, 05 Desember 2007
Senin, 03 Desember 2007
kOnon aDa 3 sAhabAt
Ada tiga sahabat, satunya kura-kura… satu lagi kodok… terus satunya lagi ular kaki seribu.
Suatu hari kura-kura mengundang dua temennya ke rumahnya buat pesta kecil-kecilan. So… mereka bertiga bikin pesta kecil di rumah kura-kura.
Setelah asyik ngobrol, makan, minum dan lain-lain… si kodok berkata:
“Eh… dari tadi kayaknya ada yang kurang ya… elu pada ngerasa gak… Oh iya kita kok gak ngerokok ya… pantesan mulut asem banget nih…”
Kura-kura: “Iya ya… sorry gue lupa nggak nyediain rokok… kalo gitu lu beli aje deh ‘Dok… warungnya deket kan…!”
Kodok: “Lho koq gue sih… kan tuan rumahnya elu ‘Ra…”
Kura-kura: “Iya sih… tapi kan gue jalannya lambat. Kalo elu kan bisa cepet…!!”
Kodok: “Ah… nggak bisa gitu donk!! Lagian kalo soal cepet… pasti si Ular Kaki Seribu lebih cepet dari gue… kakinya aja ada seribu!!!”
Kura-kura: “Oh iya ya.. Elu aja deh yang pergi, Ular Kaki Seribu…”
Ular Kaki Seribu: “Koq jadi gue sih…”
Kodok: “Udah… nggak apa-apa… elu aja… buruan…”
Akhirnya si Ular Kaki Seribu pergi juga untuk membeli rokok.
Si Kodok dan Kura-kura nungguin sambil ngegosipin artis-artis lokal. Lima menit menunggu….si Ular Kaki Seribu belum datang juga… 10 menit… 20 menit… satu jam… dan ternyata sampe tiga jam Ular Kaki Seribu gak nongol-nongol juga.
Kodok: “Koq Ular Kaki Seribu nggak pulang-pulang ya..?”
Kura-kura: “Iya nih… gue jadi kuatir… kita susulin aja yuk, Dok…!”
Kodok: “Ayuk deh..!”
Tapi pas si kura-kura buka pintu… ternyata Ular Kaki Seribu udah ada di depan pintu.
Kura-kura: “Nah ini dia…!”
Kodok: “Iya nih dari tadi ditungguin juga… mana rokoknya. Mulut gue udah asem banget nih…?!”
Ular Kaki Seribu: “Boro-boro rokok… jalan aja belom…!!”
Kodok: “Haah belom jalan?! Emangnya dari tadi ngapain aja…?
Ular Kaki Seribu: “Yeeeeeeeee… elu nggak liat nih… gue lagi PAKE SEPATU!!!
Suatu hari kura-kura mengundang dua temennya ke rumahnya buat pesta kecil-kecilan. So… mereka bertiga bikin pesta kecil di rumah kura-kura.
Setelah asyik ngobrol, makan, minum dan lain-lain… si kodok berkata:
“Eh… dari tadi kayaknya ada yang kurang ya… elu pada ngerasa gak… Oh iya kita kok gak ngerokok ya… pantesan mulut asem banget nih…”
Kura-kura: “Iya ya… sorry gue lupa nggak nyediain rokok… kalo gitu lu beli aje deh ‘Dok… warungnya deket kan…!”
Kodok: “Lho koq gue sih… kan tuan rumahnya elu ‘Ra…”
Kura-kura: “Iya sih… tapi kan gue jalannya lambat. Kalo elu kan bisa cepet…!!”
Kodok: “Ah… nggak bisa gitu donk!! Lagian kalo soal cepet… pasti si Ular Kaki Seribu lebih cepet dari gue… kakinya aja ada seribu!!!”
Kura-kura: “Oh iya ya.. Elu aja deh yang pergi, Ular Kaki Seribu…”
Ular Kaki Seribu: “Koq jadi gue sih…”
Kodok: “Udah… nggak apa-apa… elu aja… buruan…”
Akhirnya si Ular Kaki Seribu pergi juga untuk membeli rokok.
Si Kodok dan Kura-kura nungguin sambil ngegosipin artis-artis lokal. Lima menit menunggu….si Ular Kaki Seribu belum datang juga… 10 menit… 20 menit… satu jam… dan ternyata sampe tiga jam Ular Kaki Seribu gak nongol-nongol juga.
Kodok: “Koq Ular Kaki Seribu nggak pulang-pulang ya..?”
Kura-kura: “Iya nih… gue jadi kuatir… kita susulin aja yuk, Dok…!”
Kodok: “Ayuk deh..!”
Tapi pas si kura-kura buka pintu… ternyata Ular Kaki Seribu udah ada di depan pintu.
Kura-kura: “Nah ini dia…!”
Kodok: “Iya nih dari tadi ditungguin juga… mana rokoknya. Mulut gue udah asem banget nih…?!”
Ular Kaki Seribu: “Boro-boro rokok… jalan aja belom…!!”
Kodok: “Haah belom jalan?! Emangnya dari tadi ngapain aja…?
Ular Kaki Seribu: “Yeeeeeeeee… elu nggak liat nih… gue lagi PAKE SEPATU!!!
hAraJUku eUUyy
Harajuku (原宿, Harajuku?) adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Harajuku bukan sebutan resmi untuk nama tempat, dan tidak dicantumkan sewaktu menulis alamat.
Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo.
Sebetulnya sebutan "Harajuku" hanya digunakan untuk kawasan di sebelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku
Sejarah
Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah kuil Meiji Jingū didirikan.
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.
Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo.
Sebetulnya sebutan "Harajuku" hanya digunakan untuk kawasan di sebelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku
Sejarah
Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah kuil Meiji Jingū didirikan.
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.
Jumat, 16 November 2007
cOwo lEbih cPet mAty daRipDa cWe...???
Seandainya anda belum sadar akan fakta ini, maka sekarang anda tahu: wanita pada umumnya berumur lebih panjang. Data statistik PBB pada tahun 2006 menunjukkan bahwa angka harapan hidup rata-rata wanita di seluruh dunia lebih tinggi 4,5 tahun daripada angka harapan hidup rata-rata pria (69,5 tahun versus 65 tahun). Di Indonesia sendiri angkanya tidak jauh berbeda. Sekarang pertanyaannya: Mengapa pria yang fisiknya secara kasatmata lebih kuat ternyata malah mati lebih cepat?
Pada awal kehidupan, jawaban yang bersifat biologis lebih mendominasi. Misalnya, pada 12 bulan pertama kehidupan saja, angka kematian bayi laki-laki 25-30 persen lebih tinggi daripada kematian bayi perempuan (faktor-faktor eksternal/kematian tak wajar dikecualikan). Salah satu penyebab biologisnya adalah gen: Wanita memiliki dua kromosom X (pria hanya punya satu), sehingga cacat bawaan yang terkandung dalam mutasi salah satu kromosom bisa di-cover oleh kromosom yang lain.
Faktor biologis lain yang mempengaruhi adalah hormon: Hormon estrogen yang dimiliki perempuan menjadi salah satu pelindung alami dari perkembangan penyakit jantung, dan perubahan kondisi tubuh perempuan sepanjang hidupnya (menstruasi, kehamilan, beranak, menopause) membuat tubuh mereka secara internal lebih ‘tahan banting’. Sebaliknya, hormon testosteron yang dimiliki pria malahan mendorongnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang membuat jantung makin jedag-jedug, misalnya saja merokok, menyetir ugal-ugalan, berkelahi, atau aktif berburu pasangan.
Lho, mencari pasangan? Ya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompetisi memperebutkan betina bisa menguras energi para pejantan, dan akhirnya memperpendek umur mereka. Contohnya bisa kita lihat di dunia binatang, seperti domba jantan yang saling adu kepala untuk memperebutkan betina. Tapi itu kan binatang? Di dunia manusia juga terjadi hal yang serupa, meski lebih halus dan kompleks. Ambisi untuk menggapai karir dan status sosial yang tinggi –yang tentu saja menjadi ‘nilai jual’ di mata pasangan dan calon mertua– bisa dijadikan contoh. Menariknya, di dunia binatang sendiri ditemukan kalau umur pejantannya semakin pendek apabila spesiesnya ‘menganut’ poligini, karena itu berarti persaingan akan lebih ketat lagi. Sayang belum ada penelitian serupa terhadap komunitas manusia yang poligininya sudah umum.
Sementara itu, faktor sosiokultural yang menyebabkan perbedaan angka harapan hidup terletak pada persepsi tubuh dan sikap terhadap kesehatan. Menurut Jacques Vallin, seorang demograf, wanita dan pria memiliki sikap yang berbeda terhadap tubuh mereka. Bagi wanita, kecantikan dan awet muda adalah nilai-nilai yang diutamakan, sementara pria menganggap penting kekuatan dan ketangguhan. Akibatnya, wanita lebih intens dalam merawat tubuhnya, sementara pria mengekspos tubuhnya pada lingkungan yang penuh tantangan dan risiko. Hal itu pula yang menyebabkan wanita lebih gampang ke dokter daripada pria. Mungkin para pria menganggap mengeluhkan gejala yang terasa remeh merupakan suatu bentuk kelemahan diri, sehingga mereka baru mau ke dokter ketika penyakitnya sudah cukup parah. Dengan semakin kompleksnya penyakit yang ada di zaman modern ini, tentu para wanitalah yang akhirnya mendapat manfaat maksimal dari penanganan medis sedini mungkin.
Pada awal kehidupan, jawaban yang bersifat biologis lebih mendominasi. Misalnya, pada 12 bulan pertama kehidupan saja, angka kematian bayi laki-laki 25-30 persen lebih tinggi daripada kematian bayi perempuan (faktor-faktor eksternal/kematian tak wajar dikecualikan). Salah satu penyebab biologisnya adalah gen: Wanita memiliki dua kromosom X (pria hanya punya satu), sehingga cacat bawaan yang terkandung dalam mutasi salah satu kromosom bisa di-cover oleh kromosom yang lain.
Faktor biologis lain yang mempengaruhi adalah hormon: Hormon estrogen yang dimiliki perempuan menjadi salah satu pelindung alami dari perkembangan penyakit jantung, dan perubahan kondisi tubuh perempuan sepanjang hidupnya (menstruasi, kehamilan, beranak, menopause) membuat tubuh mereka secara internal lebih ‘tahan banting’. Sebaliknya, hormon testosteron yang dimiliki pria malahan mendorongnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang membuat jantung makin jedag-jedug, misalnya saja merokok, menyetir ugal-ugalan, berkelahi, atau aktif berburu pasangan.
Lho, mencari pasangan? Ya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompetisi memperebutkan betina bisa menguras energi para pejantan, dan akhirnya memperpendek umur mereka. Contohnya bisa kita lihat di dunia binatang, seperti domba jantan yang saling adu kepala untuk memperebutkan betina. Tapi itu kan binatang? Di dunia manusia juga terjadi hal yang serupa, meski lebih halus dan kompleks. Ambisi untuk menggapai karir dan status sosial yang tinggi –yang tentu saja menjadi ‘nilai jual’ di mata pasangan dan calon mertua– bisa dijadikan contoh. Menariknya, di dunia binatang sendiri ditemukan kalau umur pejantannya semakin pendek apabila spesiesnya ‘menganut’ poligini, karena itu berarti persaingan akan lebih ketat lagi. Sayang belum ada penelitian serupa terhadap komunitas manusia yang poligininya sudah umum.
Sementara itu, faktor sosiokultural yang menyebabkan perbedaan angka harapan hidup terletak pada persepsi tubuh dan sikap terhadap kesehatan. Menurut Jacques Vallin, seorang demograf, wanita dan pria memiliki sikap yang berbeda terhadap tubuh mereka. Bagi wanita, kecantikan dan awet muda adalah nilai-nilai yang diutamakan, sementara pria menganggap penting kekuatan dan ketangguhan. Akibatnya, wanita lebih intens dalam merawat tubuhnya, sementara pria mengekspos tubuhnya pada lingkungan yang penuh tantangan dan risiko. Hal itu pula yang menyebabkan wanita lebih gampang ke dokter daripada pria. Mungkin para pria menganggap mengeluhkan gejala yang terasa remeh merupakan suatu bentuk kelemahan diri, sehingga mereka baru mau ke dokter ketika penyakitnya sudah cukup parah. Dengan semakin kompleksnya penyakit yang ada di zaman modern ini, tentu para wanitalah yang akhirnya mendapat manfaat maksimal dari penanganan medis sedini mungkin.
Rabu, 14 November 2007
Sejarah Blog
Memperhitungkan Weblog
sebagai Media Baru
JAKARTA – Makin deras deru teknologi informasi (TI), makin membebaskan siapa saja membuat media. Blog, halaman website pribadi yang awalnya hanya dianggap sebagai diari, kini mulai dianggap sebagai media baru.
Seorang praktisi teknologi informasi (TI) sempat dikecam komunitas TI lainnya. Ini berangkat dari kritiknya yang menganggap bahwa fasilitas blog di internet hanyalah sebuah tren sesaat yang mulai ketinggalan zaman. Kontan saja sang praktisi tersebut memanen kecaman dan protes pedas dari banyak blogger, demikian sebutan bagi para pembuat blog.
”Ini bukan tren sesaat. The Guardian, harian terkemuka di Inggris, sudah mulai meluncurkan blog beritanya sejak 2001. Berbagai media lain pun kemudian mengikutinya, majalah Wired, San Jose Mercury News, dan banyak media lain.
Sebuah blog tentang Irak, Baghdad Burning, bahkan sudah diterbitkan menjadi buku,” bantah Arif Rohkmat Widianto, seorang blogger yang cukup bisa dibilang veteran.
Media Baru
Menurut Arif yang juga seorang pengembang web, kehadiran blog sempat membuat sejumlah media massa internasional gempar. Pada tahun 1999, berbagai media sempat menyebut blog sebagai era kebangkitan web media, yakni era media massa baru setelah datangnya internet. Ketika media massa luruh ke tangan individu, dan masing-masing individu menjadi medianya sendiri, inilah
kebebasan informasi itu sesungguhnya.
Blog yang banyak dikenal awam Indonesia adalah website pribadi yang bisa dibuat secara gratis dengan teknik cukup simpel. Masuk saja ke salah satu portal penyedia blog seperti www.blogger.com, lalu kita langsung bisa melakukan registrasi. Ada sejumlah template yang bisa dipilih sebagai tampilan weblog sesuai selera kita. Sesudahnya bisa diisi sesuka hati, apa itu catatan harian, puisi, cerita pendek, atau sekadar curahan isi hati.
Popularitas blog membuat bukan hanya orang awam yang membuat blog, namun juga sejumlah tokoh kenamaan dunia. Pengamat sosial politik Noam Chomsky, Lawrence Lessig, profesor hukum di Stanford University yang juga kolumnis tetap majalah Wired, sampai Budi Rahardjo, dosen Fakultas Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tidak tanggung-tanggung, blogger bahkan ikut dianggap sebagai jurnalis oleh keputusan pengadilan tinggi Amerika Serikat. Mereka menggolongkan blogger, yakni orang yang walaupun hanya duduk berpakaian piama di depan komputer pribadinya sebagai penulis blog mempunyai hak perlindungan yang sama dengan penulis di media cetak periodik.
Sejarah Blog
Sesungguhnya, apa itu blog? ”Blog merupakan kependekan dari weblog, istilah yang dipakai pertama kali oleh Jorn Barger pada Desember 1997. Yang dimaksud Barger dengan weblog adalah kelompok pembuat website pribadi yang selalu diperbarui secara periodik dan berisi link ke website lain. Pembuat weblog sendiri populer dengan sebutan blogger,” papar Enda Nasution, seorang blogger, alumnus Fakultas Teknik Sipil ITB dalam blognya yang menyediakan halaman khusus mengenai seluk-beluk weblog.
Menurut kolumnis San Fransisco Gate, Roger Yim, blog adalah persilangan antara catatan diari dengan daftar link di internet. Sedangkan Scott Rosenberg dalam kolomnya di majalah online Salon menyimpulkan bahwa blog berada pada batasan website yang lebih bernyawa daripada sekadar kumpulan link tapi kurang introspektif dari skadar diari yang tersimpan di dunia maya.
Perkembangan blog selanjutnya adalah saat blogger membuat weblognya khusus untuk dinikmati orang lain. Isinya tak hanya tulisan pribadi tapi juga kadang artikel, berita, atau bahkan foto-foto hasil bidikan sendiri yang memang dibuat agar orang lain bisa ikut menyimaknya. Inilah tahap di mana sebuah weblog mulai bisa diperhitungkan sebagai media baru di samping portal berita komersial.
Tentunya para blogger harus berterima kasih pada Marc Andersen, orang pertama yang berhasil membuat blog. Pada 1993 sebelum hadirnya browser Internet Explorer (IE), Andersen menggunakan Mosaic. Namun weblog pribadi baru dimulai oleh Justin Hall pada Januari 1994. Sejak itu mulai bermunculan weblog-weblog yang mengikuti langkahnya. Bisa dikatakan saat itu blogger masih terbilang ”manusia” baru di dunia maya.
Baru kemudian setelah Pyra Lab meluncurkan layanan Blogger.com, para user internet mulai melirik kemudahan membuat weblog. Blogger.com memungkinkan siapa saja dengan pengetahuan dasar tentang Hyper Text Markup Language (HTML) dapat menciptakan blognya sendiri secara online dan gratis.
Blogger.com saat ini telah memiliki sekitar 100.000 blogger yang memanfaatkan layanan mereka dengan pertumbuhan jumlah sekitar 20 persen per bulannya. Di luar Blogger.com, ada banyak layanan lain sejenis seperti Grouksoup, Veloxinews, Edith This Page, dan banyak lagi.
Komunitas blogger di Indonesia cukup membanggakan, mengingat pengguna internet masih cukup minim. Dilihat dari sisi angka memang masih teramat kecil, tapi setidaknya mereka mempunyai keinginan cukup kuat untuk selalu mengisi blognya secara periodik.
Idban Secandri, seorang blogger sekaligus juga praktisi TI yang sempat bekerja sebagai programer di sejumlah portal kenamaan, saat ini tengah membuat pemetaan blogger Indonesia. Menurut perhitungan Idban sendiri, data untuk Indonesia tersedia sebesar 14 MB dengan jumlah lokasi sebanyak 108.714 buah. Dari perhitungan ini apabila dibandingkan dengan jumlah pengguna internet Indonesia menurut Asosiasi Penyedia Jaringan Internet Indonesia (APJII) sebanyak 12 juta, maka berarti blogger adalah 0,04 persen dari pemakai internet.
(SH/merry magdalena)
sebagai Media Baru
JAKARTA – Makin deras deru teknologi informasi (TI), makin membebaskan siapa saja membuat media. Blog, halaman website pribadi yang awalnya hanya dianggap sebagai diari, kini mulai dianggap sebagai media baru.
Seorang praktisi teknologi informasi (TI) sempat dikecam komunitas TI lainnya. Ini berangkat dari kritiknya yang menganggap bahwa fasilitas blog di internet hanyalah sebuah tren sesaat yang mulai ketinggalan zaman. Kontan saja sang praktisi tersebut memanen kecaman dan protes pedas dari banyak blogger, demikian sebutan bagi para pembuat blog.
”Ini bukan tren sesaat. The Guardian, harian terkemuka di Inggris, sudah mulai meluncurkan blog beritanya sejak 2001. Berbagai media lain pun kemudian mengikutinya, majalah Wired, San Jose Mercury News, dan banyak media lain.
Sebuah blog tentang Irak, Baghdad Burning, bahkan sudah diterbitkan menjadi buku,” bantah Arif Rohkmat Widianto, seorang blogger yang cukup bisa dibilang veteran.
Media Baru
Menurut Arif yang juga seorang pengembang web, kehadiran blog sempat membuat sejumlah media massa internasional gempar. Pada tahun 1999, berbagai media sempat menyebut blog sebagai era kebangkitan web media, yakni era media massa baru setelah datangnya internet. Ketika media massa luruh ke tangan individu, dan masing-masing individu menjadi medianya sendiri, inilah
kebebasan informasi itu sesungguhnya.
Blog yang banyak dikenal awam Indonesia adalah website pribadi yang bisa dibuat secara gratis dengan teknik cukup simpel. Masuk saja ke salah satu portal penyedia blog seperti www.blogger.com, lalu kita langsung bisa melakukan registrasi. Ada sejumlah template yang bisa dipilih sebagai tampilan weblog sesuai selera kita. Sesudahnya bisa diisi sesuka hati, apa itu catatan harian, puisi, cerita pendek, atau sekadar curahan isi hati.
Popularitas blog membuat bukan hanya orang awam yang membuat blog, namun juga sejumlah tokoh kenamaan dunia. Pengamat sosial politik Noam Chomsky, Lawrence Lessig, profesor hukum di Stanford University yang juga kolumnis tetap majalah Wired, sampai Budi Rahardjo, dosen Fakultas Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tidak tanggung-tanggung, blogger bahkan ikut dianggap sebagai jurnalis oleh keputusan pengadilan tinggi Amerika Serikat. Mereka menggolongkan blogger, yakni orang yang walaupun hanya duduk berpakaian piama di depan komputer pribadinya sebagai penulis blog mempunyai hak perlindungan yang sama dengan penulis di media cetak periodik.
Sejarah Blog
Sesungguhnya, apa itu blog? ”Blog merupakan kependekan dari weblog, istilah yang dipakai pertama kali oleh Jorn Barger pada Desember 1997. Yang dimaksud Barger dengan weblog adalah kelompok pembuat website pribadi yang selalu diperbarui secara periodik dan berisi link ke website lain. Pembuat weblog sendiri populer dengan sebutan blogger,” papar Enda Nasution, seorang blogger, alumnus Fakultas Teknik Sipil ITB dalam blognya yang menyediakan halaman khusus mengenai seluk-beluk weblog.
Menurut kolumnis San Fransisco Gate, Roger Yim, blog adalah persilangan antara catatan diari dengan daftar link di internet. Sedangkan Scott Rosenberg dalam kolomnya di majalah online Salon menyimpulkan bahwa blog berada pada batasan website yang lebih bernyawa daripada sekadar kumpulan link tapi kurang introspektif dari skadar diari yang tersimpan di dunia maya.
Perkembangan blog selanjutnya adalah saat blogger membuat weblognya khusus untuk dinikmati orang lain. Isinya tak hanya tulisan pribadi tapi juga kadang artikel, berita, atau bahkan foto-foto hasil bidikan sendiri yang memang dibuat agar orang lain bisa ikut menyimaknya. Inilah tahap di mana sebuah weblog mulai bisa diperhitungkan sebagai media baru di samping portal berita komersial.
Tentunya para blogger harus berterima kasih pada Marc Andersen, orang pertama yang berhasil membuat blog. Pada 1993 sebelum hadirnya browser Internet Explorer (IE), Andersen menggunakan Mosaic. Namun weblog pribadi baru dimulai oleh Justin Hall pada Januari 1994. Sejak itu mulai bermunculan weblog-weblog yang mengikuti langkahnya. Bisa dikatakan saat itu blogger masih terbilang ”manusia” baru di dunia maya.
Baru kemudian setelah Pyra Lab meluncurkan layanan Blogger.com, para user internet mulai melirik kemudahan membuat weblog. Blogger.com memungkinkan siapa saja dengan pengetahuan dasar tentang Hyper Text Markup Language (HTML) dapat menciptakan blognya sendiri secara online dan gratis.
Blogger.com saat ini telah memiliki sekitar 100.000 blogger yang memanfaatkan layanan mereka dengan pertumbuhan jumlah sekitar 20 persen per bulannya. Di luar Blogger.com, ada banyak layanan lain sejenis seperti Grouksoup, Veloxinews, Edith This Page, dan banyak lagi.
Komunitas blogger di Indonesia cukup membanggakan, mengingat pengguna internet masih cukup minim. Dilihat dari sisi angka memang masih teramat kecil, tapi setidaknya mereka mempunyai keinginan cukup kuat untuk selalu mengisi blognya secara periodik.
Idban Secandri, seorang blogger sekaligus juga praktisi TI yang sempat bekerja sebagai programer di sejumlah portal kenamaan, saat ini tengah membuat pemetaan blogger Indonesia. Menurut perhitungan Idban sendiri, data untuk Indonesia tersedia sebesar 14 MB dengan jumlah lokasi sebanyak 108.714 buah. Dari perhitungan ini apabila dibandingkan dengan jumlah pengguna internet Indonesia menurut Asosiasi Penyedia Jaringan Internet Indonesia (APJII) sebanyak 12 juta, maka berarti blogger adalah 0,04 persen dari pemakai internet.
(SH/merry magdalena)
Langganan:
Postingan (Atom)