Rabu, 05 Desember 2007

oRigAmi hiStory

Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama Ts'ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.

Senin, 03 Desember 2007

kOnon aDa 3 sAhabAt

Ada tiga sahabat, satunya kura-kura… satu lagi kodok… terus satunya lagi ular kaki seribu.
Suatu hari kura-kura mengundang dua temennya ke rumahnya buat pesta kecil-kecilan. So… mereka bertiga bikin pesta kecil di rumah kura-kura.
Setelah asyik ngobrol, makan, minum dan lain-lain… si kodok berkata:
“Eh… dari tadi kayaknya ada yang kurang ya… elu pada ngerasa gak… Oh iya kita kok gak ngerokok ya… pantesan mulut asem banget nih…”
Kura-kura: “Iya ya… sorry gue lupa nggak nyediain rokok… kalo gitu lu beli aje deh ‘Dok… warungnya deket kan…!”
Kodok: “Lho koq gue sih… kan tuan rumahnya elu ‘Ra…”
Kura-kura: “Iya sih… tapi kan gue jalannya lambat. Kalo elu kan bisa cepet…!!”
Kodok: “Ah… nggak bisa gitu donk!! Lagian kalo soal cepet… pasti si Ular Kaki Seribu lebih cepet dari gue… kakinya aja ada seribu!!!”
Kura-kura: “Oh iya ya.. Elu aja deh yang pergi, Ular Kaki Seribu…”
Ular Kaki Seribu: “Koq jadi gue sih…”
Kodok: “Udah… nggak apa-apa… elu aja… buruan…”
Akhirnya si Ular Kaki Seribu pergi juga untuk membeli rokok.
Si Kodok dan Kura-kura nungguin sambil ngegosipin artis-artis lokal. Lima menit menunggu….si Ular Kaki Seribu belum datang juga… 10 menit… 20 menit… satu jam… dan ternyata sampe tiga jam Ular Kaki Seribu gak nongol-nongol juga.
Kodok: “Koq Ular Kaki Seribu nggak pulang-pulang ya..?”
Kura-kura: “Iya nih… gue jadi kuatir… kita susulin aja yuk, Dok…!”
Kodok: “Ayuk deh..!”
Tapi pas si kura-kura buka pintu… ternyata Ular Kaki Seribu udah ada di depan pintu.
Kura-kura: “Nah ini dia…!”
Kodok: “Iya nih dari tadi ditungguin juga… mana rokoknya. Mulut gue udah asem banget nih…?!”
Ular Kaki Seribu: “Boro-boro rokok… jalan aja belom…!!”
Kodok: “Haah belom jalan?! Emangnya dari tadi ngapain aja…?
Ular Kaki Seribu: “Yeeeeeeeee… elu nggak liat nih… gue lagi PAKE SEPATU!!!

hAraJUku eUUyy

Harajuku (原宿, Harajuku?) adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Harajuku bukan sebutan resmi untuk nama tempat, dan tidak dicantumkan sewaktu menulis alamat.
Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo.
Sebetulnya sebutan "Harajuku" hanya digunakan untuk kawasan di sebelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku

Sejarah

Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah kuil Meiji Jingū didirikan.
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.